Sore
ini aku baru saja selesai menonton film entah yang keberapa ratus, mulai dari
anime, laga, bollywood atau hollywood sudah aku jajaki semuanya. Aku mulai
merasakan kantuk menyerang, aku lirik jam di hpku menunjukkan waktu 15:00 wib, yang
berarti waktu ashar telah berlalu sekitar 15 menit yang lalu. Sambil menschroll
hpku aku tak sadar tertidur dengan nyenyak sekali. Bangun-bangun aku bergegas
menghidupkan motorku dan berkumpul dengan teman-temanku di tempat biasa kami
nongkrong malam hari, seperti biasa Aan yang selalu bersahabat dengan rokok dan
minuman keras menyapaku, begitu juga Diky yang akrab dengan barang haram
seperti yang dipegang oleh Aan, memang akhir-akhir ini aku sedang dekat dngan
mereka, seraya menghisap rokoknya Aan menyuruhku
mengambil sebatang rokoknya dan mulai bermain-main dengan koreknya, bermaksud
agar aku menghisap rokok juga, namun aku berkilah, aku tak ingin menghisapnya
karena aku sadar bahaya rokok, berbeda dengan
mereka yang selalu bersahabat degan rokok, akhirnya Aan pun memaklumi,
namun godaan tak berhenti sampai di sana, Diki membawa minuman campuran
berwarna biru mirip Pepsi minuman bergas produkan luar negeri, minuman tersebut
ia letakkan dalam cangkir dan pas di sampingku di sebelah cagkirnya terdapat botol
biru yang aku kira adalah pepsi, aku dipaksa untuk minum oleh Diky, aku tak
bergeming, masih memikirkan sangat tidak enak terus menolak jamuan orang, yang
pertama rokok yang diberikan Aan aku tolak mentah-mentah, yang kedua tawaran
minum dari Diki juga aku tolak, namun perlahan tanganku bergerak pelan, aku merasa haus dan aku memutuskan untuk
menegak barang sedikit, karena dari awal aku mengira hanya minuman bergas biasa,
aku seruput minuman biru itu perlahan memenuhi seluruh mulutku kemudian menembus
tenggorokanku, aku belum tahu pasti minuman apa itu barusan, apakah alkohol
atau minuman bergas seperti yang aku kira mulanya, namun yang pasti, saat ini
tubuhku terhuyung dan hilang kesadaranku, aku mendengar sayup-sayup mereka
tertawa terbahak-bahak melihat aku terhuyung-huyung, terlintas di pikiranku
artikel tadi pagi yang aku baca di Media Sosial “Barang siapa menjual minuman
yang memabukkan atau Khamr atau mengiklankannya, atau menyebarkannya maka dia
juga ikut kecipratan dosanya, apalagi mencicipinya pastilah akan menereima
dosanya”, masih belum sadar dan serasa terhuyun jalanku, aku mencoba untuk
berjalan meninggalkan tempat tersebut, aku masih belum bisa merasa sadar
sepenuhnya karena yang kulihat hanyalah bayang-bayang semu yang terus bergerak
seperti berputar, kepalaku terasa berat sekali.
Aku
baru ingat kalau hari ini aku akan berangkat kerja tepat pukul 17:00 dan aku
bergegas sholat ashar, namun aku teringat wajah ayah yang terlintas di kepalaku
dan dia pernah berkata mengutip dari hadist Rosul “khamr itu induk segala
keburukan. Barang siapa yang meminumnya, maka Allah tidak akan menerima
sholatnya selama empat puluh hari. Dan barang siapa yang mati dimana khamr itu
ada dalam perutnya, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah” (HR. Ath-Thabraaniy),
aku kembali dibuat pusing oleh bayang-bayang tersebut, aku mencoba memutuskan
untuk mengusap wajahku dengan air, namun tetap saja nihil, yag terjadi hanya
kepalaku tambah berputar-putar, aku kembali melihat jadwal kerjaku, aku
memutuskan untuk tetap sholat dan berangkat kerja. Di tempat kerja aku hanya
bisa diam dan terus jalan terhuyung, setiap ada yang bertanya aku selalu
menjawab aku baik-baik saja, setelah Make Over wajahku terlihat agak fresh
walaupun kepalaku masih terasa berat, aku memaksakan diri untuk tetap bekerja,
ketika mengecek barang keluar aku masih belum sembuh dan masih terhuyung
jalanku, aku memutuskan untuk terus memaksa namun yang terjadi malah aku
tersungkur dan jatuh.
Terngiang
di kepalaku “Barang siapa menjual minuman yang memabukkan atau Khamr atau
mengiklankannya, atau menyebarkannya maka dia juga kecipratan dosanya, apalagi
mencicipinya pastilah akan menerima dosanya”. Kata-kata itu terus menjadi bayang-bayang
pikiranku, semakin aku memikirkannya semakin aku pusing dibuatnya, terus seperti
itu sampai aku hampir muntah dibuatnya. Semua orang mengerumuni dan panik.
Akankah aku mati dalam keadaan minuman keras ada di perutku? Akankah aku menanggung
siksa yang diberikan oleh Pemilik Hidup?, arrgghhhh kepalaku semakin cepat
berputar-putar dan sontak aku.....
***
Terdengar
jelas dari luar jendelaku suara deru motor dan mobil yang berlalu lalang di
jalanan, aku melirik jam di hpku ternyata baru pukul 15:46, ternyata aku
tertidur selama 46 menit dan aku teringat belum menunaikan kewajibanku,
langsung kubangun dan bergegas ke kamar mandi dan mengambil butir demi butir
air suci yang mensucikan ini. Mimpi tadi masih terngiang di kepalaku, untung
hanya sebuah bunga tidur.
Terkisahlah seorang
pejabat tinggi negara yaitu Bupati dan istrinya berkelana menuju desa tempat
mereka tinggal dulu, alkisah sang Bupati ingin menenangkan diri barang sehari
dua hari karena urusan kerjanya tak kunjung usai, dan hal tersebut diperumit
dengan renggangnya hubungannya dengan istrinya yang telah memberinya satu buah
cinta mereka. Membutuhkan waktu berhari-hari untuk menuju desa tersebut, dan
tentunya tak lupa sang Bupati membawa serta kebutuhan sebanyak-banyakmya,
algojonya pun tak hilang selangkah dari kegiatan sang Bupati. Meski sang Bupati
dan sang istri sedang tidak akur tapi selalu ada anak lelaki semata wayang buah
cinta mereka yang selalu memecah suasana.
“mama sama papa kok
dieman terus dari tadi?” sang anak membuka percakapan
“ohhh... tidak sayang
papa lagi banyak pikiran makanya dari tadi diam” ujar sang Bupati dengan nada
ragu-ragu
“iya mama juga lagi
banyak urusan rumah tangga yang belum selesai makanya masih mikir nak” tambah
sang istri Bupati
“eh iya gimana sekolah
kamu sayang, banyak teman baru yaa? Asyik dong” sang Bupati meyahut untuk
mengalihkan pembicaraan.
“emmm enak kok pa
banyak banget temen baruku, apalagi mereka baik semua sama aku setelah aku tahu
papaku seorang pejabat.” Jawab anak dengan polosnya
Dengan asyik mereka
bercanda di perjalanan, suasana mencair dengan adanya anak lelaki sang Bupati
yang ternyata menyadari adanya keretakan dalam rumah tangga papanya dan mulai
hilang harmonis antara papa dan mamanya.
Setibanya di desa
tersebut sang Bupati segera mencari-cari alamat rumah yang dituju, ia coba
bertanya kepada warga yang berlalu lalang namun mereka tak megenali alamat
tersebut, anehnya desa yang mereka tuju benar, tapi alamatnya tidak menunjukkan
rumah yang mereka tuju, pusing tujuh keliling, mereka pun memutuskan untuk
mencari penginapan di dekat desa, tak ada satupun penginapan di desa tersebut
karena berada di pelosok. Merasa terjepit sang Bupati memutuskan kepada anak
buahnya untuk mencari rumah kosong yang terdapat di desa tersebut. Warga di
desa tersebut belum menyadari jika yang mendatangi mereka adalah orang besar
yaitu Bupati, dan mereka merasa heran karena pakaian mereka rapi dan terlihat
sepeerti disetrika dengan halus, membawa banyak orang ke sebuah desa,
“Ahh mungin mereka mau
mencari tempat tinggal di sini dan sedang melakukan survey apakah layak desa
yang jauh dari kota ini dijadikan tempat tinggal”, gumam salah satu warga.
Setelah mencari sekian
lama anak buah tersebut kembali untuk memberi tahu bahwa ada rumah kosong di
dekat hutan agak jauh dari desa, namun agaknya sang Bupati ragu karena rumah
itu dekat hutan, tapi karena tidak ada pilihan lain, dikarenakan hari sudah
hampir malam juga anak tunggalnya sedari tadi menangis karena kecapekkan,
mereka memutuskan untuk menuju tempat tersebut.
Setibanya di rumah
kosong tersebut mereka tidak merasakan kalau itu rumah kosong, rumah tersebut
bersih dan terawat namun karena jauh dari desa dan lebih dekat dengan hutan
membuat suasana rumah tersebut seram pada awalnya, ketika memasukinya pintu
rumah terebut tidak terkunci dan diketuk pun tak ada yang menjawab.
Memutuskan untuk masuk
mereka dikejutkan dengan adanya kakek tua yang sudah menunggu di dalam rumah,
ternyata rumah tersebut dihuni seorang kakek tua, kakek tersebut tidak marah
tidak juga tersenyum melihat mereka nyelonong masuk ke dalam rumahnya, kakek
tersebut malah menyuruhnya duduk, sang bupati duduk di samping anak buahnya dan
istrinya memangku anaknya duduk agak berjauhan. Melihat lagak yang kurang beres
sang kakek mulai membuat pembicaraan.
“sengaja aku bangun
rumah ini jauh dari pedesaan agar aku merasa tenang dan jauh juga dari
keramaian, saat temanmu tadi datang kesini sengaja aku biarkan mereka
melihat-lihat rumahku kemudian kembali dengan membawa engkau, untuk tinggal,
rumah ini sengaja aku tidak beri lampu, makanya terlihat seperti rumah kosong,
hanya lampu senthir ini yang selalu
menemaniku setiap malam, sekarang beresi barang-barangmu kau dan temanmu itu
boleh tinggal di sini,” kalimat terakhir itu seraya mengakhiri percakapan mereka.
Sang Bupati tadi pun
segera menyuruh anak buahnya untuk mengemasi barang-barang mereka dan
memasukkannya ke kamar, namun disela-sela kesibukan mereka, sang kakek tersebut
menyela
“siapakah anak kecil
itu? Tanyanya penasaran
“itu adalah anak kami
kek,” sahut sang Bupati.
“oh jadi begitu,
kasihan sekali dia,” sahutnya seraya berjalan menuju kamarnya.
CERPEN ini sengaja belum saya selesaikan karena banyak hal, semoga pembaca tidak kecewa karena saya akan melengkapinya di lain waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar