Minggu, 29 November 2015

SETETES VODKA



Sore ini aku baru saja selesai menonton film entah yang keberapa ratus, mulai dari anime, laga, bollywood atau hollywood sudah aku jajaki semuanya. Aku mulai merasakan kantuk menyerang, aku lirik jam di hpku menunjukkan waktu 15:00 wib, yang berarti waktu ashar telah berlalu sekitar 15 menit yang lalu. Sambil menschroll hpku aku tak sadar tertidur dengan nyenyak sekali. Bangun-bangun aku bergegas menghidupkan motorku dan berkumpul dengan teman-temanku di tempat biasa kami nongkrong malam hari, seperti biasa Aan yang selalu bersahabat dengan rokok dan minuman keras menyapaku, begitu juga Diky yang akrab dengan barang haram seperti yang dipegang oleh Aan, memang akhir-akhir ini aku sedang dekat dngan mereka, seraya menghisap rokoknya Aan  menyuruhku mengambil sebatang rokoknya dan mulai bermain-main dengan koreknya, bermaksud agar aku menghisap rokok juga, namun aku berkilah, aku tak ingin menghisapnya karena aku sadar bahaya rokok, berbeda dengan  mereka yang selalu bersahabat degan rokok, akhirnya Aan pun memaklumi, namun godaan tak berhenti sampai di sana, Diki membawa minuman campuran berwarna biru mirip Pepsi minuman bergas produkan luar negeri, minuman tersebut ia letakkan dalam cangkir dan pas di sampingku di sebelah cagkirnya terdapat botol biru yang aku kira adalah pepsi, aku dipaksa untuk minum oleh Diky, aku tak bergeming, masih memikirkan sangat tidak enak terus menolak jamuan orang, yang pertama rokok yang diberikan Aan aku tolak mentah-mentah, yang kedua tawaran minum dari Diki juga aku tolak, namun perlahan tanganku bergerak pelan,  aku merasa haus dan aku memutuskan untuk menegak barang sedikit, karena dari awal aku mengira hanya minuman bergas biasa, aku seruput minuman biru itu perlahan memenuhi seluruh mulutku kemudian menembus tenggorokanku, aku belum tahu pasti minuman apa itu barusan, apakah alkohol atau minuman bergas seperti yang aku kira mulanya, namun yang pasti, saat ini tubuhku terhuyung dan hilang kesadaranku, aku mendengar sayup-sayup mereka tertawa terbahak-bahak melihat aku terhuyung-huyung, terlintas di pikiranku artikel tadi pagi yang aku baca di Media Sosial “Barang siapa menjual minuman yang memabukkan atau Khamr atau mengiklankannya, atau menyebarkannya maka dia juga ikut kecipratan dosanya, apalagi mencicipinya pastilah akan menereima dosanya”, masih belum sadar dan serasa terhuyun jalanku, aku mencoba untuk berjalan meninggalkan tempat tersebut, aku masih belum bisa merasa sadar sepenuhnya karena yang kulihat hanyalah bayang-bayang semu yang terus bergerak seperti berputar, kepalaku terasa berat sekali.
Aku baru ingat kalau hari ini aku akan berangkat kerja tepat pukul 17:00 dan aku bergegas sholat ashar, namun aku teringat wajah ayah yang terlintas di kepalaku dan dia pernah berkata mengutip dari hadist Rosul “khamr itu induk segala keburukan. Barang siapa yang meminumnya, maka Allah tidak akan menerima sholatnya selama empat puluh hari. Dan barang siapa yang mati dimana khamr itu ada dalam perutnya, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah” (HR. Ath-Thabraaniy), aku kembali dibuat pusing oleh bayang-bayang tersebut, aku mencoba memutuskan untuk mengusap wajahku dengan air, namun tetap saja nihil, yag terjadi hanya kepalaku tambah berputar-putar, aku kembali melihat jadwal kerjaku, aku memutuskan untuk tetap sholat dan berangkat kerja. Di tempat kerja aku hanya bisa diam dan terus jalan terhuyung, setiap ada yang bertanya aku selalu menjawab aku baik-baik saja, setelah Make Over wajahku terlihat agak fresh walaupun kepalaku masih terasa berat, aku memaksakan diri untuk tetap bekerja, ketika mengecek barang keluar aku masih belum sembuh dan masih terhuyung jalanku, aku memutuskan untuk terus memaksa namun yang terjadi malah aku tersungkur dan jatuh.
Terngiang di kepalaku “Barang siapa menjual minuman yang memabukkan atau Khamr atau mengiklankannya, atau menyebarkannya maka dia juga kecipratan dosanya, apalagi mencicipinya pastilah akan menerima dosanya”. Kata-kata itu terus menjadi bayang-bayang pikiranku, semakin aku memikirkannya semakin aku pusing dibuatnya, terus seperti itu sampai aku hampir muntah dibuatnya. Semua orang mengerumuni dan panik. Akankah aku mati dalam keadaan minuman keras ada di perutku? Akankah aku menanggung siksa yang diberikan oleh Pemilik Hidup?, arrgghhhh kepalaku semakin cepat berputar-putar dan sontak aku.....
***
Terdengar jelas dari luar jendelaku suara deru motor dan mobil yang berlalu lalang di jalanan, aku melirik jam di hpku ternyata baru pukul 15:46, ternyata aku tertidur selama 46 menit dan aku teringat belum menunaikan kewajibanku, langsung kubangun dan bergegas ke kamar mandi dan mengambil butir demi butir air suci yang mensucikan ini. Mimpi tadi masih terngiang di kepalaku, untung hanya sebuah bunga tidur.


Terkisahlah seorang pejabat tinggi negara yaitu Bupati dan istrinya berkelana menuju desa tempat mereka tinggal dulu, alkisah sang Bupati ingin menenangkan diri barang sehari dua hari karena urusan kerjanya tak kunjung usai, dan hal tersebut diperumit dengan renggangnya hubungannya dengan istrinya yang telah memberinya satu buah cinta mereka. Membutuhkan waktu berhari-hari untuk menuju desa tersebut, dan tentunya tak lupa sang Bupati membawa serta kebutuhan sebanyak-banyakmya, algojonya pun tak hilang selangkah dari kegiatan sang Bupati. Meski sang Bupati dan sang istri sedang tidak akur tapi selalu ada anak lelaki semata wayang buah cinta mereka yang selalu memecah suasana.
“mama sama papa kok dieman terus dari tadi?” sang anak membuka percakapan
“ohhh... tidak sayang papa lagi banyak pikiran makanya dari tadi diam” ujar sang Bupati dengan nada ragu-ragu
“iya mama juga lagi banyak urusan rumah tangga yang belum selesai makanya masih mikir nak” tambah sang istri Bupati
“eh iya gimana sekolah kamu sayang, banyak teman baru yaa? Asyik dong” sang Bupati meyahut untuk mengalihkan pembicaraan.
“emmm enak kok pa banyak banget temen baruku, apalagi mereka baik semua sama aku setelah aku tahu papaku seorang pejabat.” Jawab anak dengan polosnya
Dengan asyik mereka bercanda di perjalanan, suasana mencair dengan adanya anak lelaki sang Bupati yang ternyata menyadari adanya keretakan dalam rumah tangga papanya dan mulai hilang harmonis antara papa dan mamanya.
Setibanya di desa tersebut sang Bupati segera mencari-cari alamat rumah yang dituju, ia coba bertanya kepada warga yang berlalu lalang namun mereka tak megenali alamat tersebut, anehnya desa yang mereka tuju benar, tapi alamatnya tidak menunjukkan rumah yang mereka tuju, pusing tujuh keliling, mereka pun memutuskan untuk mencari penginapan di dekat desa, tak ada satupun penginapan di desa tersebut karena berada di pelosok. Merasa terjepit sang Bupati memutuskan kepada anak buahnya untuk mencari rumah kosong yang terdapat di desa tersebut. Warga di desa tersebut belum menyadari jika yang mendatangi mereka adalah orang besar yaitu Bupati, dan mereka merasa heran karena pakaian mereka rapi dan terlihat sepeerti disetrika dengan halus, membawa banyak orang ke sebuah desa,
“Ahh mungin mereka mau mencari tempat tinggal di sini dan sedang melakukan survey apakah layak desa yang jauh dari kota ini dijadikan tempat tinggal”, gumam salah satu warga.
Setelah mencari sekian lama anak buah tersebut kembali untuk memberi tahu bahwa ada rumah kosong di dekat hutan agak jauh dari desa, namun agaknya sang Bupati ragu karena rumah itu dekat hutan, tapi karena tidak ada pilihan lain, dikarenakan hari sudah hampir malam juga anak tunggalnya sedari tadi menangis karena kecapekkan, mereka memutuskan untuk menuju tempat tersebut.
Setibanya di rumah kosong tersebut mereka tidak merasakan kalau itu rumah kosong, rumah tersebut bersih dan terawat namun karena jauh dari desa dan lebih dekat dengan hutan membuat suasana rumah tersebut seram pada awalnya, ketika memasukinya pintu rumah terebut tidak terkunci dan diketuk pun tak ada yang menjawab.
Memutuskan untuk masuk mereka dikejutkan dengan adanya kakek tua yang sudah menunggu di dalam rumah, ternyata rumah tersebut dihuni seorang kakek tua, kakek tersebut tidak marah tidak juga tersenyum melihat mereka nyelonong masuk ke dalam rumahnya, kakek tersebut malah menyuruhnya duduk, sang bupati duduk di samping anak buahnya dan istrinya memangku anaknya duduk agak berjauhan. Melihat lagak yang kurang beres sang kakek mulai membuat pembicaraan.
“sengaja aku bangun rumah ini jauh dari pedesaan agar aku merasa tenang dan jauh juga dari keramaian, saat temanmu tadi datang kesini sengaja aku biarkan mereka melihat-lihat rumahku kemudian kembali dengan membawa engkau, untuk tinggal, rumah ini sengaja aku tidak beri lampu, makanya terlihat seperti rumah kosong, hanya lampu senthir ini yang selalu menemaniku setiap malam, sekarang beresi barang-barangmu kau dan temanmu itu boleh tinggal di sini,” kalimat terakhir itu seraya mengakhiri percakapan mereka.
Sang Bupati tadi pun segera menyuruh anak buahnya untuk mengemasi barang-barang mereka dan memasukkannya ke kamar, namun disela-sela kesibukan mereka, sang kakek tersebut menyela
“siapakah anak kecil itu? Tanyanya penasaran
“itu adalah anak kami kek,” sahut sang Bupati.

“oh jadi begitu, kasihan sekali dia,” sahutnya seraya berjalan menuju kamarnya.

CERPEN ini sengaja belum saya selesaikan karena banyak hal, semoga pembaca tidak kecewa karena saya akan melengkapinya di lain waktu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar