Ini adalah kali pertama aku diberi tulisan oleh seorang wanita, namanya Eka Silvia, sahabat dari sejak semester 1 kuliah di UAD, dia sengaja menuliskan ini saat meminjam laptop dariku dan menemukan tulisan-tulisan absurdku, entah dia tertarik atau mau muntah dengan tulisanku atau kesambet hantu taman lawang, atau jin GGS, makanya dia berani menuliskan apa yang dia pikirkan di sini, emang laptop ini parkiran bisa markir tulisan sembarangan, tapi tidak apa-apa, dengan tulisan ini aku jadi semakin bersemangat berkarya, yahhh walaupun sering liburnya dibanding berkaryanya.
Kutulis ini untukmu
sobatku.
Maaf..
Sekali lagi maaf atas
kelancangan yang kulakukan.
Kubuka semua file yang
ada pada laptopmu. Kubaca dan kupahami. Bagaimana kamu dan teman-temanmu.
Mungkin ini akan kau temukan jika kau teliti dalam membuka tiap file yang
ada. Selalu kau berkata dalam tulisanmu,
bahwa kau sok dalam segala hal dan sedikit banyak melupakan Tuhan. Mas Yogi,
tulisanmu mampu membuatku ingat betapa sombongnya aku kala itu. Kau masih
sanggup bersyukur dan terus bangkit. Tapi aku ?
Buatmu sobatku, ku
panggil kau sobatku karena bagiku kau lebih dari teman biasa. Dulu pernah
kutemui orang sepertimu, dengan cara mengajakku berlomba itulah salah satu cara
aku bangkit dari lumpur kemalasan. Meski aku tau, kekalahan selalu berpihak
padaku. Tapi setidaknya kau mampu membangkitkan gairah petualang dan tantangan
dalam diriku.
Kucoret-coret layar
putihmu sobat, hehehe. Sorry mas Yogi.
Refleksi
Juang
Untukmu Yogi Liandi
Dalam onggokan debu
Kau pahat kisah pada
kelabu
Tak putih
Namun juga tak pernah
menjadi hitam
Hidup yang terjadi
Tak kala ruh masuk
dalam jasadmu
Puluhan tahun lalu.
Batu sering menjadi
kendala
Kerikil tajam menyayat
Namun hidup akan terus
berjalan
Hingga nafas berakhir
Sepotong semangat
adalah segalanya
Di atas
hingar-bingarnya dunia
Tak luput jua
Sekubik doa, menjadi
andalan dalam setiap jalan
Agar harimau dalam diri
tak membawa dalam hutan rimba
Kota yang kau
tinggalkan jauh membentang dada
Antara dua onggokan
karang
Jembatan ampera
Menanti dalam rindumu.
Pempek menunggumu untuk
kau tambah bumbu
Sungai musi menanti
hasilmu
Palembang ingin kau
kembali dengan sejuta kejutan darimu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar