Senin, 07 Desember 2015

REFLEKSI JUANG

Ini adalah kali pertama aku diberi tulisan oleh seorang wanita, namanya Eka Silvia, sahabat dari sejak semester 1 kuliah di UAD, dia sengaja menuliskan ini saat meminjam laptop dariku dan menemukan tulisan-tulisan absurdku, entah dia tertarik atau mau muntah dengan tulisanku atau kesambet hantu taman lawang, atau jin GGS, makanya dia berani menuliskan apa yang dia pikirkan di sini, emang laptop ini parkiran bisa markir tulisan sembarangan, tapi tidak apa-apa, dengan tulisan ini aku jadi semakin bersemangat berkarya, yahhh walaupun sering liburnya dibanding berkaryanya.
selamat membaca tulisan sahabatku yaa



Kutulis ini untukmu sobatku.
Maaf..
Sekali lagi maaf atas kelancangan yang kulakukan.
Kubuka semua file yang ada pada laptopmu. Kubaca dan kupahami. Bagaimana kamu dan teman-temanmu. Mungkin ini akan kau temukan jika kau teliti dalam membuka tiap file yang ada.  Selalu kau berkata dalam tulisanmu, bahwa kau sok dalam segala hal dan sedikit banyak melupakan Tuhan. Mas Yogi, tulisanmu mampu membuatku ingat betapa sombongnya aku kala itu. Kau masih sanggup bersyukur dan terus bangkit. Tapi aku ?
Buatmu sobatku, ku panggil kau sobatku karena bagiku kau lebih dari teman biasa. Dulu pernah kutemui orang sepertimu, dengan cara mengajakku berlomba itulah salah satu cara aku bangkit dari lumpur kemalasan. Meski aku tau, kekalahan selalu berpihak padaku. Tapi setidaknya kau mampu membangkitkan gairah petualang dan tantangan dalam diriku.
Kucoret-coret layar putihmu sobat, hehehe. Sorry mas Yogi.

Refleksi Juang
Untukmu Yogi Liandi

Dalam onggokan debu
Kau pahat kisah pada kelabu
Tak putih
Namun juga tak pernah menjadi hitam
Hidup yang terjadi
Tak kala ruh masuk dalam jasadmu
Puluhan tahun lalu.

Batu sering menjadi kendala
Kerikil tajam menyayat
Namun hidup akan terus berjalan
Hingga nafas berakhir

Sepotong semangat adalah segalanya
Di atas hingar-bingarnya dunia
Tak luput jua
Sekubik doa, menjadi andalan dalam setiap jalan
Agar harimau dalam diri tak membawa dalam hutan rimba

Kota yang kau tinggalkan jauh membentang dada
Antara dua onggokan karang
Jembatan ampera
Menanti dalam rindumu.

Pempek menunggumu untuk kau tambah bumbu
Sungai musi menanti hasilmu
Palembang ingin kau kembali dengan sejuta kejutan darimu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar